
KAB. TANGERANG – Hidup sudah serba kekurangan, kini duka kembali menimpa Suhayati (46), seorang janda warga Kampung Kadongdong, RT 005 RW 003, Desa Pasir Nangka, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.
Rumah sederhana yang selama ini menjadi tempatnya berteduh dan membesarkan anak-anak kini rusak parah, setelah atapnya rusak tertimpa ranting besar pohon mangga, Selasa (2/9/2025) kemarin.
Tak ada yang bisa ia perbuat saat itu, selain memandang pasrah atap rumah yang selama ini melindunginya dari panas dan hujan, kini justru menjadi ancaman.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula mungkin begitulah pepatah yang paling tepat menggambarkan nasib Suhayati. Di usianya yang tak lagi muda, ia harus menelan pil pahit berulang kali setelah ditinggalkan suaminya pada 2013 lalu.
Sebelumnya, kondisi rumahnya memang sudah jauh dari kata layak. Atap bocor, tembok bagian dapur retak, kusen pintu dan jendela lapuk dimakan usia, dan dinding yang mulai rapuh.
Meski pernah mendapat bantuan perbaikan dari pemerintah setempat pada tahun 2021, Suhayati mengaku, perbaikan itu tidak menyeluruh dan tidak maksimal. Beberapa bagian rumah masih dibiarkan rusak dan rapuh, dan kini musibah itu datang lebih cepat dari yang ia kira.
Ibu Iyom panggilan akrab Suhayati menceritakan detik-detik rumahnya tertimpa ranting pohon mangga. Saat itu ia tengah membersihkan rumput di rumah anaknya, lokasi persis di depan rumah itu.
Tiba-tiba ranting itu patah dan langsung menimpa atap asben bagian rumah usai tak kuat dihantam angin kencang di wilayah itu. Peristiwa itu terjadi, pada Selasa (2/9/2025), sekira pukul 14:00 WIB.
“Saya lagi ngebersihin rumah, yang ada di kamar ada anak saya Syarif. Yang rusak itu asbes (bagian depan) ancur,” ungkap Iyom kepada BantenNews.co.id, saat ditemui di rumahnya, Rabu (3/9/2025).
Pasca ambruk ia langsung bergegas memanggil salah satu anaknya yang telah di dalam kamar lantaran khawatir hal yang diinginkan menimpa anaknya.
Beruntung peristiwa itu tidak menimbulkan kerusakan lain termasuk tak mengenai anaknya hanya atapnya mengalami rusak. Pihak RT dan desa setempat sudah mendatangi rumahnya pasca kejadian.
“Saya langsung tanya kepada anak saya, kata dia alhamdulillah gak gak apa-apa,” tuturnya.
Iyom mengaku, dirinya tak bisa berbuat apa-apa pasca rumahnya rusak. Bahkan untuk melakukan perbaikan rumah saja harus terbentur biaya.
Jauh sebelum peristiwa ini rumahnya memang sudah bocor dan beberapa bagian atas sudah lapuk. “Sebelum ini juga sering bocor, kamar bocor, dapur bocor, pokoknya semuanya pada bocor,”ungkapnya.
Iyom mengatakan, bukan tak bersyukur sempat mendapatkan program bedah rumah miliknya. Hanya saja, saat itu pengerjaannya tak seluruhnya diperbaiki, terutama pada bagian dapur yang dikerjakan pihak pemerintah saat itu.
“Iya gak selesai, ini juga gak diganti (kusen-red) makanya pada keropos,” ujarnya.
Penghasilan dari jualan bakso ayam keliling di sekitar Pasar Gudang Tigaraksa dan Pasar Kaget tak seberapa, hanya cukup untuk biaya sehari-hari dan membiayai dua anaknya dari enam bersaudara yang tengah menimba ilmu di pondok pesantren.
“Sehari-harinya ibu jualan bakso kecil-kecian di nampan, suka ke pasar kaget, ke pasar gudang dan juga pabrik. Dari jual bakso itu cukup gak cukup alhamdulillah di cukupkan saja walaupun pun hanya kadang dapat Rp70 ribu,” terangnya.
Iyom menerangkan, hampir tiga bulan ia berhenti berdagang setelah salah satu anaknya yang sudah berumah tangga jatuh sakit hingga akhirnya meninggal beberapa minggu lalu. Kondisi ini membuat ia makin terpukul.
Namun di tengah keterbatasan, Iyom tetap berjuang mendorong anaknya belajar di pondok pesantren dengan harapan anaknya punya bekal ilmu agama yang kuat.
Namun Ironisnya, kehidupan Iyom masuk dalam kategori kurang mampu. Ia mengaku, tak tercatat sebagai penerima bantuan program dari pemerintah.
Meski begitu, hati kecil terus berharap ada kebijakan pemerintah yang berpihak kepadanya demi meringankan beban hidupnya. “Ya harapannya ibu bisa dapat bantuan,” ungkapnya.
Menanggapi kondisi rumah Suhayati, Camat Tigaraksa, Cucu Abdul Rasyid mengaku belum mengetahui peristiwa tersebut. Pihaknya masih menunggu laporan resmi dari pihak desa.
“Saya belum dapat info. Saya menunggu laporan dari pihak desa,” kata Cucu.
Penulis: Saepulloh
Editor: Tb Moch. Ibnu Rushd