SERANG – Kekurangan tenaga medis masih menjadi persoalan serius di Provinsi Banten. Dari sekitar 13 ribu dokter umum dan spesialis, lebih dari 10 ribu terkonsentrasi di Tangerang Raya.
Akibatnya, wilayah selatan seperti Lebak dan Pandeglang masih kekurangan dokter, baik umum maupun spesialis.
Hal itu disampaikan Gubernur Banten Andra Soni saat bersilaturahmi dengan seluruh Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota se-Provinsi Banten serta pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Banten, Rabu (3/9/2025).
Andra menekankan, pentingnya mencari solusi pendek dan jangka panjang untuk pemerataan tenaga dokter. Ia mengusulkan adanya program insentif bagi dokter yang ditempatkn di daerah yang minim tenaga kesehatan, serta pemberian beasiswa.
“Dokter umum menjadi spesialis, dan spesialis melanjutkan ke subspesialis,” kata Andra.
Andra juga menyoroti peran perguruan tinggi dalam menambah jumlah dokter. Tahun ini, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) akan meluluskan angkatan pertama dokter.
Menurut Andra, hal ini menjadi peluang bagi Banten untuk memperkuat layanan kesehatan.
“Kita sudah bisa mencetak dokter dan kita harus berikan dukungan, support kepada Untirta agar bisa membuka prodi-prodi baru khususnya untuk spesialis dari satu desa satu dokter,” ujarnya.
Ketua IDI Banten, Mohamad Rifki menegaskan dukungannya terhadap program pemerataan dokter. Rifki mencontohkan kondisi di Kabupaten Lebak, di mana dari 43 puskesmas, 12 masih kosong tanpa dokter gigi.
“Jumlah penduduk Lebak 1,5 juta jiwa, tapi dokter gigi masih sangat terbatas. Bahkan ada kecamatan yang sama sekali tidak punya dokter gigi,” kata Rifki.
Penulis: Audindra Kusuma
Editor: Tb Moch. Ibnu Rushd
