SERANG – Tokoh masyarakat Banten, Embay Mulya Syarief, angkat bicara terkait situasi terkini usai gelombang aksi demonstrasi mahasiswa dan warga di beberapa wilayah di Banten. Menurutnya, aksi tersebut muncul sebagai bentuk koreksi terhadap perilaku dan kebijakan pemerintah.
“Demo itu ada sebabnya. Ini hukum kausalitas. Jadi jangan hanya dilihat dari ributnya saja, tapi sebagai koreksi untuk kita semua,” kata Embay, Rabu (3/9/2025).
Ia menegaskan, para pejabat eksekutif, legislatif, hingga yudikatif harus lebih berhati-hati dalam bersikap. Embay juga mengingatkan pejabat tidak memamerkan gaya hidup mewah, menjaga tutur kata, serta membuka ruang komunikasi dengan rakyat.
“Jangan pamer kekayaan, jangan hidup bermewah-mewah, dan jangan asal bicara. Komunikatiflah dengan rakyat. Kalau ada yang mau aksi, asal sesuai aturan, terima dengan baik. Aksi biasanya muncul karena ada distorsi komunikasi,” ujarnya.
Terkait jalannya aksi, Embay menegaskan, demonstrasi adalah hak yang dijamin undang-undang. Namun, ia meminta agar pesan yang disampaikan harus sampai dengan cara elegan, bukan dengan kebencian atau tindakan anarkis.
“Kalau hanya hura-hura dan penuh kebencian, pesannya tidak akan sampai. Sampaikanlah dengan santun, pasti diterima. Jangan sampai merusak fasilitas publik, karena itu dibangun dari uang rakyat untuk rakyat,” tegasnya.
Embay juga mendukung aparat kepolisian untuk menindak tegas para perusuh yang melakukan penjarahan maupun perusakan. Menurutnya, sebagian pelaku justru bukan berasal dari masyarakat lokal.
“Saya sudah sampaikan kepada Kapolda dan Kapolres, jangan ragu menindak tegas perusuh. Karena terbukti ada yang melakukan kerusuhan itu bukan orang sini, tapi didatangkan,” ungkapnya.
Lebih jauh, Embay menilai aksi demonstrasi yang marak terjadi tidak terlepas dari kesenjangan komunikasi antara pemerintah dan rakyat. Karena itu, ia mendorong agar pejabat membuka diri terhadap dialog sebelum mengambil kebijakan strategis.
“Kalau rakyat mau datang, mau menghadap, terima dengan baik. Kuncinya komunikasi. Jangan menimbulkan kecemburuan sosial dengan gaya hidup mewah, apalagi di tengah kondisi masyarakat yang sedang sulit,” ujarnya.
Penulis : Ade Faturohman
Editor : Tb Moch. Ibnu Rushd