PANDEGLANG – Salah satu perangkat desa di Desa Cadasari, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, bernama Ilham diduga menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh Kepala Desanya. Korban diduga ditampar oleh sang Kades usai rapat evaluasi bersama perangkat desa yang lain.
Ilham menceritakan, awal mula kejadian tersebut, di mana pada saat itu usai rapat evaluasi ia bersama perangkat desa lain tengah berkumpul. Namun, tiba-tiba muncul sang Kades dan langsung menamparnya.
Selain ditampar, korban juga diminta mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Dusun (Kadus).
“Lagi ngobrol sama teman saya, nggak lama Kades datang dan mengumpulkan kita semua, langsung to the point mengeluarkan saya pakai surat pengunduran diri dari situ nggak lama dia nyamperin saya langsung nampar saya,” jelas Ilham, Senin (2/9/2025).
Ilham juga mengaku, bingung dengan alasan Kades menampar dirinya. Ia tidak mengetahui secara pasti kenapa dia bisa mendapatkan perlakuan kasar dari sang pemimpin.
“Tidak ada adu argumen waktu itu, kirain saya rapat apa ternyata rapat saya harus mengundurkan diri. (Penyebabnya) Saya kurang tahu, masalah apa gituh, dari awal dia masuk langsung ngediemin saya,” tuturnya.
Ilham yang tidak terima dengan perlakuan Kades langsung membuat laporan resmi pada pihak kepolisian. Ia mengaku, siap mengundurkan jika kesalahan yang dia perbuat sudah tidak bisa dimaafkan namun tidak dengan perlakuan kasar dari Kades.
“Baiknya terusin aja (melalui jalur hukum) karena saya ditampar di hadapan teman-teman saya semua itu harga diri saya terhina, saya sakit hati. Saya tetap mau mengundurkan diri, kalau misalkan dari atasan suruh mengundurkan diri, saya siap mengundurkan diri,” ungkapnya.
Terpisah, Kades Cadasari, Enung Nurjanah membantah tuduhan penamparan yang dirinya lakukan. Ia mengaku, jika dirinya meminta korban untuk mengundurkan diri karena hasil evaluasi kinerja dari korban sudah tidak sesuai aturan salah satunya sering tidak masuk kerja.
“Wajar kalau saya sebagai Kepala Desa evaluasi kinerja, saya datang saya duduk bareng dengan perangkat desa yang lain. Kebetulan saya ke namanya Ilham, saya ke pak Sekdes tolong (Ilham) suruh buat pernyataan mengundurkan diri,” katanya.
“Semua saya evaluasi siapapun saya evaluasi, tolong si Togar (sapaannya) bikin surat pengunduran diri. Saya samperin karena dia nunduk ajah saya begini (mengangkat dagu korban dengan salah satu jari Kades) dengan tangan kiri saya,” tambah Enung.
Usai mengangkat dagu korban menggunakan jari dirinya langsung pergi meninggalkan korban bersama staf desa lainnya tanpa ada perbuatan fisik kepadanya.
“Demi Allah Rasulullah buat apa sih. Kalau mau saya tampar dia pernah kok ke rumah saya sendiri, kalau mau saya tampar di situ nggak ada saksi,” terangnya.
Ia juga mengaku, jika pernyataan korban ditampar hanya karangan dirinya saja tanpa ada bukti yang jelas. Enung juga mengaku, siap dikonfrontir dengan korban bersama para saksi lainnya.
“Kok dia bisa mengarang cerita saya nempeleng. Astaghfirullah,” ucapnya dengan nada heran.
Penulis : Memed
Editor : Tb Moch. Ibnu Rushd