KAB. SERANG – Dugaan pembiaran aparat lokal mencuat dalam insiden pengeroyokan terhadap Humas Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan sejumlah jurnalis di kawasan PT Genesis Regeneration Smelting (GRS), Desa Cemplang, Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang pada Kamis (21/8/2025) pekan lalu.
Nama Kepala Desa (Kades) Cemplang, Agustani ikut terseret setelah beberapa saksi menyebut ia berada di lokasi kejadian.
Namun, alih-alih menghentikan serangan, kehadirannya justru dinilai memberi kesan menyalahkan awak media.
“Dia ada di situ, tapi bukan melerai. Malah seperti menyudutkan wartawan,” kata seorang sumber yang enggan disebutkan namanya.
Menurut sumber itu, Kades sempat bersalaman dengan awak media sebelum akhirnya Kades menyampaikan bahwa awak media dipanggil oleh pihak perusahaan. Ia menduga panggilan itu difasilitasi langsung oleh sang Kades.
Tak lama berselang, keributan pecah di area parkir. Massa mengejar rombongan jurnalis dan petugas KLH yang baru selesai melakukan peliputan.
Humas KLH dan wartawan Tribun Banten, Rifky Juliana menjadi korban pemukulan.
“Semua panik, semua berlarian,” jelas sumber itu.
Yang janggal, menurut dia, Kades masih terlihat di sekitar lokasi usai kericuhan. Namun saat Menteri KLH tiba untuk inspeksi mendadak, batang hidung Agustani sudah tak lagi tampak.
“Pak Deputi balik lagi, tapi Kades sudah menghilang. Padahal dari awal seharusnya bisa melerai,” tuturnya.
Keberadaan Kades di tengah peristiwa ini menimbulkan pertanyaan, apakah ia hanya saksi pasif, atau bagian dari rantai komunikasi perusahaan untuk meredam pemberitaan.
Dikonfirmasi terpisah, Kades Cemplang, Agustani membenarkan keberadaannya di lokasi. Namun ia membantah tudingan pembiaran.
“Betul saya ada di situ, tapi bukan di titik kejadian. Saya ada di samping, dekat kantin,” katanya, Selasa (26/8/2025).
Agustani mengaku, datang setelah mendapat informasi dari RT setempat bahwa ada sidak Menteri KLH di PT GRS. Menurut dia, jaraknya dengan lokasi pengeroyokan cukup jauh.
“Awalnya juga saya tidak tahu. Tahunya dari rekaman CCTV. Begitu sadar, saya langsung ke lokasi dan mencoba melerai, meski sudah terlambat,” kilahnya.
Ia juga menjelaskan, keberadaan Ketua Ormas berinisial N alias Kuncir di perusahaan bukan atas rekomendasinya.
“Dia dipekerjakan perusahaan sebagai humas eksternal, bukan karena ormasnya,” kata Agustani.
Terkait lima orang tersangka, ia justru membantah keterangan kepolisian yang menyebut mereka bukan anggota ormas melainkan warga sekitar.
“Yang saya tahu, mereka itu pegawai. Kalau memang ada yang anggota ormas, saya tidak tahu. Tapi empat orang di antaranya memang warga saya,” pungkasnya.
Penulis : Rasyid
Editor: Tb Moch. Ibnu Rushd