Jakarta, CNN Indonesia —
Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono kian bersaing ketat menjelang hari pencoblosan Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024 pada 27 November.
Elektabilitas keduanya tidak terpaut jauh berdasarkan sejumlah hasil survei baru-baru ini. Rivalitas jelang pemungutan suara pun memanas.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyatakan elektabilitas RK-Suswono 37,4 persen. Hanya unggul 0,3 persen dari Pramono Anung-Rano Karno yang mendapat 37,1 persen.
Lalu, survei Parameter Politik Indonesia (PPI) mencatat elektabilitas RK-Suswono 47,8 persen. Unggul 9,8 persen dari Pramono-Rano yang memperoleh 38 persen.
Sementara itu, survei Litbang Kompas yang digelar pada 20-25 Oktober 2024 mencatat keunggulan Pramono-Rano dengan elektabilitas 38,3 persen. RK-Suswono menyusul dengan elektabilitas 34,6 persen dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana kian tertinggal dengan elektabilitas hanya 3,3 persen.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro memperkirakan elektabilitas RK-Suswono dan Pramono-Rano berpotensi saling susul-menyusul jelang pencoblosan.
Ia melihat ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peta politik Pilgub Jakarta di sisa 20 hari lebih jelang pencoblosan.
Faktor pertama, kata Agung, 'efek Anies Baswedan'. Menurut Agung, meski Anies gagal maju Pilgub Jakarta, namun mantan Gubernur Jakarta itu masih memiliki magnet tersendiri.
Agung mengatakan para paslon akan berlomba mengeksploitasi efek ini secara simultan untuk menambah dukungan warga Jakarta di detik-detik akhir jelang pencoblosan. Ia pun berpendapat Pramono-Rano belakangan ini bisa memanfaatkan 'efek Anies' dalam momen kampanye mereka.
“RK coba diagendakan sarapan pagi sama Anies Baswedan, supaya 'Anies effect'-nya dapat. Karena, Pak Pram-Rano ini kan sudah mengalirkan itu perlahan tapi pasti. Nah, jadi RK-Suswono harus melakukan hal seperti itu, untuk mengimbangi elektabilitas Ram Rano yang konsisten naik,” kata Agung saat diwawancara CNNIndonesia.comRabu (6/11).
Faktor kedua, soliditas parpol bersatu. Agung mengatakan mesin partai sangat mempengaruhi kinerja para kandidat jelang pencoblosan.
Bertalian dengan itu, ia menilai soliditas parpol Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus yang mengusung RK-Suswono masih bermasalah. Menurut dia, parpol yang baru bergabung ke KIM tampak tidak solid mendukung RK-Suswono.
Hal ini tergambar dalam survei Litbang Kompas yang menyatakan para pemilih PKS, NasDem, dan PKB justru kebanyakan memilih Pramono-Rano dibandingkan RK-Suswono.
“Fenomena pemungutan suara tiket terpisahpemilih yang kemudian mengubah pilihannya dari partai Arahan, itu terjadi dalam konteks Pilkada Jakarta kali ini. Saya mengatakan mereka mendapat hukuman politik dari pemilih nasional Jakarta dalam konteks kasus Anies kemarin yang tidak didukung,” kata dia.
Sebaliknya, Agung mengatakan mesin PDIP di Jakarta sudah berjalan baik untuk memenangkan Pramono-Rano. Oleh karena itu, elektabilitas paslon ini perlahan bisa naik.
“Jadi RK Suswono harus melakukan pengereman seperti itu, untuk mengimbangi elektabilitas Pram-Rano yang konsisten naik,” tuturnya.
Faktor ketiga adalah 'Istana effect' yang harus diwaspadai oleh Pramono-Rano jelang pencoblosan. Agung mengatakan kemungkinan 'Istana Effect' akan mengalir ke RK-Suswono dalam berbagai bentuk jelang pencoblosan.
Ia berbaur pertemuan RK dengan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
“Efek yang lebih banyak akan mengalir ke RK kalau memang Pram tidak mampu mengelola di panggung belakang. Jadi Pram harus mawas di sini,” ucapnya.
Potensi dua putaran
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago mengatakan Pilgub DKI Jakarta 2024 berpotensi digelar dua putaran. Sebab, elektabilitas RK-Suswono dan Pramono-Rano belum ada yang mencapai 50 persen berdasarkan sejumlah survei.
Yang jelas kalau kita melihat pergerakan dari Pram-Doel ini ada potensi bahwa di Jakarta ini akan ada potensi dua putaran, kata Arifki.
Menurutnya, akan terjadi pertarungan sengit antara Pramono dan Ridwan Kamil menjelang pencoblosan pada 27 November 2024.
Ia melihat RK-Suswono berada dalam posisi tidak aman jelang pencoblosan. Sebab, pergerakan Pramono-Rano belakangan ini semakin kencang dan mesin partai yang solid. Elektabilitas RK-Suswono pun cenderung stagnan.
“Jadi ini juga akan melihat bagaimana arah dukungan dari apakah isu KIM plus terpecah dan lainnya. Juga akan kita lihat dalam wacana-wacana yang dimunculkan oleh para kandidat,” kata dia.
(rzr/tsa)