Jakarta, CNN Indonesia —
Calon gubernur nomor urut tiga, Tri Rismaharini atau Risma menyoroti belum maksimalnya keberpihakan birokrasi terhadap persoalan yang dihadapi rakyat kecil.
Menurut Risma, selama blusukan di Jawa Timur banyak menemukan daerah yang masih mengalami kekeringan namun tidak ada 'cawe-cawe' pemerintah provinsi untuk memberikan bantuan.
Demikian juga, kata Risma, terkait persoalan petani terhadap ketersediaan pupuk dan harga panen yang diakali tengkulak.
“Saya banyak keliling di Jatim banyak yang kekeringan, butuh air tapi tidak ada siapa pun yang datang,” kata Risma dalam gelar debat kedua Pilgub Jatim di Gran City Ballroom, Surabaya, Minggu (3/11) malam.
Oleh karena itu, Risma pun melemahkan keberadaan birokrasi yang selama ini diklaim tanggap namun kenyataannya sangat berbeda.
“Petani mengeluh tidak adanya pupuk dan tidak ada siapapun yang menanganinya. Maka dimanapun ketersediaan birokrasinya,” sebutnya.
Melihat hal tersebut, dia mengaku miris dan telah menyiapkan beberapa solusi. Antara lain, mulai dari pengintegrasian Kali Lamong sebagai air bersih dan pencegah banjir, hingga keahlian Bakorwil untuk menjangkau wilayah pelosok, termasuk soal kesehatan warga.
“Penderita sakit kanker tiap bulan harus kemoterapi, harus pergi ke Surabaya tapi biayanya mahal dan tidak ada yang mendengarkan,” beber mantan Wali Kota Surabaya 2 periode itu.
Ia pun berjanji, jika menjadi Gubernur akan memperhatikan hal tersebut. Seperti partai semboyannya, PDI Perjuangan, yakni menangis dan tertawa bersama rakyat.
“Bagaimana kita merasakan penderitaan masyarakat jadi penderitaan kita juga,” tutupnya.
(inci/inci)