Jakarta, CNN Indonesia —
Calon Gubernur (Cagub) Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution menyindir kinerja Edy Rahmayadikontribusi terkait kepada pemerintahan di bawah saat memimpin menjadi Gubernur Sumatera Utara.
Bobby pun membandingkannya dengan perhatian dari Pemerintah Pusat. Bobby menyebut jika Gubernur Sumut saat itu, yang juga rivalnya di Pilkada Sumut 2024, kurang memberikan perhatian kepada pemerintahan di bawahnya.
Bobby awalnya menjelaskan jika selama berkampanye di kabupaten/kota di Sumut, dia menemukan keluhan soal jalan.
“Kabupaten/kota di atasnya ada provinsi kemudian pemerintah pusat, saya sudah pernah menjadi kepala daerah tingkat II sudah pernah jadi wali kota dan merasakan tatanan pemerintah masing-masing, bagaimana sektor pemerintahan ini merasakannya,” kata Bobby Nasution saat Berbagai di acara relawan di Medan, Kamis (24/10).
Bobby kemudian bercerita bahwa pemerintah pusat sangat memperhatikan pemerintah di bawahnya, yaitu Pemprov Sumut. Hal ini ditampilkan dengan banyaknya kunjungan Jokowi ke Sumut saat menjabat sebagai Presiden.
“Itulah kunjungan terakhir Pak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia ditutup di Sumatera Utara, pemerintah pusat sangat memperhatikan Sumatera Utara, sebagai kepala daerah tingkat II memperhatikan betapa perhatian pemerintah pusat kepada Sumut,” tuturnya.
Bobby menilai hal ini tidak terjadi di Pemprov Sumut. Sebagai atasan pemerintah tingkat kabupaten dan kota, Pemprov Sumut dinilai kurang berkontribusi.
“Itulah bagaimana pemerintah pusat memperhatikan dan pemerintah kabupaten kota juga mensupport tapi ada kekosongan sama seperti tadi yang kita sampaikan bila pemerintah ini berjenjang, dari tingkat SMA-nya sudah bagus SD-nya sudah mantap tapi tidak mungkin anak SD langsung masuk SMA harus masuk SMP dulu , ” katanya.
“Sama kalau pemerintah kabupaten/kota adalah SD, pemerintah pusat tingkat SMA. SD dan SMA nya sudah bagus, kolaborasinya sudah mantap berjalan pemerintah provinsinya supportnya sangat minim, kosong yang kita rasakan. Kami sebagai kepala daerah tingkat II sudah merasakannya,” imbuhnya.
Bobby menyebut jika dia tidak ingin menjelek-jelekkan pribadi, tapi menurutnya ini merupakan masalah kinerja. Namun hal itu merupakan apa yang dialami Bobby selama ini.
“Ini bukan mau menjelek-jelekkan pribadi ini masalah kinerja. Kami pemerintah tingkat II sudah merasakan ada kegelapan, pemerintah provinsi harus bisa mendengarkan kami pemerintah kabupaten dan kota, pemerintah pusat biasanya langsung dengan pemerintah daerah di Sumut,” ungkapnya.
Menurutnya tidak ada bupati maupun wali kota yang hebat, termasuk gubernur. Bobby menilai semua pemerintah kabupaten/kota dan provinsi mengikuti arahan pemerintah pusat.
“Tidak ada bupati dan wali kota yang hebat menyelesaikan masalah tanpa ada pemerintah di atasnya. Sama tidak ada gubernur yang hebat. Di Indonesia ada 38 gubernur, jadi tidak usah merasa paling keren, paling mantap, paling bisa semua tanpa mengikuti arahan pemerintah yang ada di diatasnya dan pemerintah pusat,” tuturnya.
Bobby kemudian mengungkapkan jika Pilgub Sumut bukan mencari gubernur yang paling hebat. Namun gubernur yang ingin mendengar pemerintah di atasnya dan bisa sejalan dengan pemerintah di bawahnya.
Pasti kita akan senang berbangga, hari ini kita cari bukan sosok yang paling hebat di Sumut, bukan sosok Gubernur Sumut yang paling seram di Sumut, tapi sosok gubernur yang mau menghargai pemerintahan di atasnya, yang bisa sejalan dengan pemerintah di atasnya dan mau mendengar pemerintah tingkat II bupati wali kota yang ada di dalam. Tidak ada yang hebat negara adidaya di Sumut ini , tapi masyarakat yang kita dengarkan dan program-program pemerintah pusat dan kabupaten/kota yang kita jalankan,” tutupnya.
Baca selengkapnya di sini.
(tim/tidak)