Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Prabu Subianto mengumpulkan jajaran menteri, wakil menteri, pejabat setara menteri hingga kepala badan Kabinet Merah Putih di Akademi Militer (Akmil), Magelang.
Ratusan pembantu Prabowo itu akan digembleng selama 3 hari, Jumat (25/10) hingga Minggu (27/10). Mereka berangkat secara serentak pada Kamis (24/10) hari ini. Mereka berencana untuk tidur di tenda. Seragam khusus juga disediakan bagi para peserta yang hadir.
Beberapa agenda yang akan dijalani diantaranya; para menteri akan memaparkan visi-misi, penyamaan visi-misi, hingga penyampaian arahan dari Prabowo.
Prabowo memilih Akmil sebagai tempat pembekalan karena Magelang merupakan salah satu pusat perlawanan terhadap penjajah. Dia ingin semangat perjuangan itu bisa menular ke kabinetnya.
Prabowo mengimbau jajaran menteri untuk tidak takut mengikuti agenda tersebut karena bukan ospek atau kegiatan militer meski mengenakan seragam khusus dan menginap di tenda.
Pembekalan terhadap jajaran menteri ini bukan pertama kali dilakukan oleh Prabowo. Sebelum dilantik, Prabowo juga memberikan pembekalan selama dua hari kepada jajaran menterinya di Hambalang.
Materi pembekalan yang diberikan meliputi cara menangani jurnalisme, geopolitik, kenegaraan, kepemimpinan, hingga materi khusus mengenai produk domestik bruto. Tak main-main, sejumlah nara kaliber internasional menjadi pengisi acara pembekalan yang digelar selama dua hari tersebut.
Lantas, mengapa Prabowo kembali menggembleng para menterinya? Apa pesan yang ingin disampaikan Prabowo melalui agenda tersebut?
Pengamat Politik Ujang Komaruddin menilai agenda tersebut digelar tidak terlepas dari latar belakang Prabowo sebagai pensiunan Jenderal TNI. Ia menyebut latar belakang militer Prabowo tersebut membuat dirinya ingin para jajaran menteri setia dan tegak lurus atas segala tugas dan perintah yang diberikan.
Sehingga, kata dia, wajar saja Prabowo kembali menggelar pembekalan untuk menggembleng jajaran menteri di Kabinet Merah Putih selama tiga hari di Akmil, Magelang.
“Ya agar ke depan bahwa menteri-menteri itu setia kepada Presiden bukan kepada partainya atau kepada kepentingan oligarki dan lain sebagainya,” kata Ujang kepada CNNIndonesia.comRabu (23/10) malam.
Uji loyalitas
Ujang juga menilai kegiatan itu sebagai cara bagi Prabowo untuk membentuk loyalitas para menteri di kabinetnya yang baru saja terbentuk.
Terlebih, kata dia, banyak juga tokoh-tokoh yang telah dilantik menjadi menteri pernah mengisi Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
“Oleh karena itu, ya saya melihat kelihatannya para menteri itu ingin dididik agar mereka tegak lurus. Loyal kepada Presidennya tidak loyal kepada hal-hal yang lain,” tutur dia.
Apalagi tadi banyak dari kabinet yang muka lama atau wajah lama kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin, sambungnya.
Hanya itu, Ujang menilai melalui program ini, Prabowo ingin menekankan kepada jajaran kabinetnya untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Ia juga menilai Prabowo ingin membangun kekompakan dalam kabinet yang berisi lebih dari seratus tokoh dengan latar belakang yang berbeda.
Lebih lanjut, Ujang menilai penggemblengan selama 3 hari ini dapat menjadi ajang yang efektif bagi Prabowo untuk membekali para menterinya. Setidaknya, kata dia, Prabowo ingin para menteri di kabinetnya dapat terasah secara pikiran, mentalitas, hingga fisik melalui kegiatan tersebut.
“Olah pikir itu ya tentu Pak Prabowo memberikan pembekalan menyampaikan pikiran-pikiran masukan masukan batasan apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan,” jelas dia.
“Yang kedua olah mental, ya bahwa di pembekalan tersebut mentalitasnya harus tangguh, harus kuat walaupun tadi harus tidur di atas tenda,” ujar dia.
Sinyal pemerintahan militeristik
Sementara itu, Pakar Semiotika Institut Teknologi Bandung (ITB) Acep Iwan Saidi menilai ada kode tertentu yang ingin diberikan Prabowo dengan memilih Akmil, Magelang sebagai tempat pembekalan.
Ia menyebut pemilihan tempat di Akmil, Magelang di antara banyak opsi tempat lain sebagai bentuk pemberian sinyal akan adanya suasana militeristik.
“Ada banyak tempat untuk pembekalan, tapi Prabowo Subianto memilih Akmil. Akmil dan Prabowo Subianto yang mantan TNI merupakan “entitas” dalam semiosfer (semesta tanda) militer,” kata Acep kepada CNNIndonesia.comRabu (23/10).
“Dengan demikian, pembekalan di Akmil tersebut mengirimkan kode militeristik. Para menteri akan dibekali di akademi militer bisa dibaca: para menteri, setidaknya, akan masuk ke dalam suasana militeristik,” sambungnya.
Meski begitu, Acep menilai penetapan Akmil sebagai tempat pembekalan tidak dapat menyimpulkan Pemerintahan Prabowo akan militeristik. Hanya saja, penentuan tempat tersebut menurut Acep telah memberikan sinyal bahwa Pemerintahan Prabowo akan menuju ke arah yang militeristik.
“Dalam semiotika, pembekalan di Akmil itu masih berada pada taraf tanda qualisign. Artinya, ia memiliki kualifikasi untuk disebut militeristik. Dengan kata lain, pemerintahan Prabowo Subianto memiliki potensi untuk bersifat militeristik,” tutur dia.
Lebih lanjut, Acep menilai saat ini para menteri jajaran Kabinet Merah Putih Prabowo akan dihadapkan pada suasana yang militeristik dalam pembekalan itu.
“Kini, setidaknya, kita sudah menangkap pesan, para pembantu Prabowo Subianto tersebut telah berada di pintu masuk ke dalam suasana militer,” tutur dia.
(mab/DAL)