Jakarta, CNN Indonesia —
Sebanyak empat hakim agung menyatakan kesediaannya untuk menjadi calon Ketua Mahkamah Agung (MA).
Ketua MA saat ini, Muhammad Syarifuddin, tidak menggunakan haknya untuk memilih dan dipilih.
“Jumlah hakim agung yang bersedia jadi calon Ketua MA sebanyak empat orang,” ujar Ketua Panitia Pemilihan Ketua MA Sugiyanto di Ruang Prof. Dr. Kusumah Atmadja Gedung MA, Jakarta Pusat, Rabu (16/10).
Sugiyanto menuturkan jumlah hakim agung sebanyak 46 orang. Mereka mempunyai hak memilih dan dipilih.
Sebanyak 44 orang hadir langsung di ruang pemilihan dan satu lainnya hadir dari Ruang Transit lantai 14 Gedung MA. Satu hakim agung lainnya tidak hadir.
M Syarifuddin selaku Ketua MA memutuskan tidak menggunakan haknya untuk memilih dan dipilih karena akan memasuki masa pensiun.
Syarifuddin akan mengakhiri tugasnya pada 1 November 2024 karena memasuki masa purnabakti. Pemilihan Ketua MA baru ini berdasarkan Pasal 8 Undang-undang MA yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung (SK KMA) Nomor 212 dan 213 Tahun 2024.
“Saya sebagai Ketua Mahkamah Agung yang sebentar lagi akan memasuki masa purnabakti tidak menggunakan hak memilih dan dipilih. Siapa pun nanti yang terpilih sebagai Ketua Mahkamah Agung itu lah pilihan saya,” ucap dia.
Hingga berita ini ditulis, proses pemilihan tengah berlangsung.
Ketua MA dipilih dari dan oleh Hakim Agung. Proses pemilihan yang dilaksanakan oleh Hakim Agung dilaksanakan secara langsung, bebas, dan rahasia. Kegiatan tersebut dinyatakan terbuka untuk umum.
Setiap Hakim Agung mempunyai hak memilih calon Ketua MA yang menyatakan kesediaannya untuk dipilih. Dalam hal Hakim Agung yang bersedia hanya satu orang, maka pimpinan sidang memberi kesempatan satu kali lagi kepada Panitia Pemilihan untuk mengedarkan formulir kesediaan untuk dipilih calon sebagai Ketua MA.
Apabila tetap satu calon, maka pimpinan sidang menetapkan secara aklamasi calon tunggal sebagai Ketua MA terpilih.
Setiap Hakim Agung yang telah menyatakan kesediaannya menjadi calon Ketua MA tidak dapat mengundurkan diri.
Setiap Hakim Agung hanya dapat memilih satu orang calon Ketua MA yang namanya sudah tercantum dalam kartu suara dengan cara mencentang nama calon dalam kolom kartu suara.
“Calon Ketua Mahkamah Agung yang memperoleh suara lebih dari 50 persen suara yang sah, ditetapkan sebagai Ketua Mahkamah Agung terpilih,”bunyi Pasal 9 SK KMA 212.
Bila tidak ada yang mendapat suara sah 50 persen lebih, calon Ketua MA di urutan pertama dan kedua suara terbanyak mengikuti pemilihan putaran kedua.
SK KMA mengenai tata tertib tersebut juga mengatur ketentuan apabila ada putaran ketiga dan berikutnya.
(ryn/anak-anak)