
SERANG – Sebuah video upacara bendera di Lapangan Bengkuang, Desa Pengarengan, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, viral di media sosial. Dalam rekaman tersebut, momen sakral pengibaran Sang Saka Merah Putih terlihat kontras dengan latar belakang gunung yang tampak gundul akibat aktivitas pengerukan.
Fenomena ini sontak memicu perhatian publik. Pasalnya, perusakan alam di kawasan tersebut diduga menjadi salah satu penyebab warga kerap mengalami banjir ketika musim hujan tiba.
“Dulu gunung masih hijau, sekarang gundul. Air hujan langsung turun ke permukiman,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Tidak berhenti pada prosesi upacara, warga kemudian menggelar aksi teatrikal dengan berdandan ala “tikus” atau koruptor. Cosplay ini dimaksudkan sebagai sindiran terhadap pihak-pihak yang dinilai rakus mengeksploitasi alam tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan maupun keselamatan masyarakat.

Aksi tersebut berhasil menarik simpati dan dukungan luas dari netizen. Banyak warganet menilai kreativitas warga Desa Pengarengan menjadi bentuk protes damai yang kuat, sekaligus mengingatkan pemerintah untuk bertindak tegas terhadap perusakan alam.
Masyarakat mendesak agar aparat terkait segera menghentikan pengerukan gunung di wilayah mereka. Selain mengancam kelestarian lingkungan, dampak sosial berupa banjir dan kerusakan lahan pertanian sudah dirasakan langsung.
“Ini bukan hanya soal pemandangan, tapi soal hidup kami. Kalau terus dibiarkan, anak cucu kami yang menanggung akibatnya,” ungkap warga lainnya.
Tim Redaksi