Jakarta, CNN Indonesia —
Calon Gubernur Sumatera Utara nomor urut 1 Bobby Nasution dan Cagub Sumut nomor urut 2 Edy Rahmayadi kerap saling serang dalam pelbagai momen kampanye Pilkada Sumut di depan publik.
Terbaru, dalam debat perdana Pilgub Sumut, Rabu (30/10) malam, Bobby Nasution mengkritik Edy Rahmayadi karena tidak berkomitmen menjadi anggota peredaran narkoba.
Bobby mengatakan kinerja buruk Edy tersebut berimbas pada Sumut menjadi provinsi dengan tingkat pengguna narkoba tertinggi di Indonesia.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN ISI
“Pak Hasan, yang bilang komitmen kepala daerah, saya enggak tahu Pak Hasan kayaknya mengoreksi Pak Edy. Kalau komitmen Gubernur Sumut baik, Sumut enggak peringkat 1 di Indonesia,” kata Bobby.
Bobby menilai pemahaman persoalan juga penting bagi anggotaantas narkoba selain komitmen kepala daerah. Ia menyebut banyak bandar narkoba di Sumut yang beroperasi dari Lapas.
“Kami komitmen juga pak, kami tahu bandar-bandar di Sumut banyak di Lapas, kami pengin bandar yang selama ini dibiarkan, kami keluarkan dari Sumut,” kata Bobby.
Bobby juga sempat menyindir kondisi pembangunan di Sumatera Utara tak menghasilkan apa-apa meski memiliki APBD yang cukup tinggi. Hal ini ia sampaikan ketika berkampanye di hadapan relawannya Pendukung Sejati (Pasti) Bobby Nasution, 25 November 2024.
Bobby membandingkan kondisi pembangunan di Kota Medan dengan Sumatera Utara. Ia menilai pembangunan di Sumut tidak terlihat sama sekali meski memiliki anggaran daerah sebesar Rp15 triliun per tahun.
Ya kalau kali 5 tahun menjabat, saya bilang gak usah kalikan Rp 15 triliun lah, kalikan Rp 10 triliun saja, Rp 5 triliun untuk gaji ASN. Kali 10 triliun, kalau 5 tahun menjabat, berarti sudah ada 50 triliun. Masa 50 triliun di Sumut, nggak keliatan apa-apa?,” ujarnya.
“Harus kita sampaikan ke masyarakat, itu uang bukan uang gubernur, bukan uang wakil gubernur, tapi uang masyarakat yang dititipkan untuk dibangun oleh gubernur dan wakil gubernur dan jajarannya,” tambahnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya…
Pada kesempatan berbeda, Bobby juga menyindir perhatian Pemprov Sumut di bawah kepemimpinan Edy yang masih minim bahkan kosong. Edy juga menyindir justru pemerintah pusat yang lebih memperhatikan wilayah Sumut.
Bobby kemudian bercerita bahwa pemerintah pusat sangat memperhatikan pemerintah di bawahnya, yaitu Pemprov Sumut. Perhatian itu ditunjukkan dengan banyaknya kunjungan Jokowi ke Sumut saat menjabat sebagai Presiden.
“Ini bukan mau menjelek-jelekkan pribadi ini masalah kinerja. Kami pemerintah tingkat II sudah merasakan ada kegelapan, pemerintah provinsi harus bisa mendengarkan kami pemerintah kabupaten dan kota, pemerintah pusat biasanya langsung dengan pemerintah daerah di Sumut,” ungkapnya.
Sindiran Bobby kepada Edy juga sempat dilontarkan dalam rapat pleno terbuka pengundian dan penetapan nomor urut Pilgub 2024 yang dilakukan KPU Sumatera Utara, Senin, 23 September 2024 lalu.
Bobby kala itu menyindir masalah jalan rusak menjadi cerita klasik yang tak kunjung selesai dari masa ke masa.
“Kita tahu semua, Sumatera Utara ini provinsi yang luar biasa, provinsi terbesar di Pulau Sumatera dan kita sering mendengar cerita, cerita klasik sekali, cerita klasik yang kalau kita jalan-jalan dari Aceh, jalan-jalan dari Sumatera Barat kalau kita naik mobil, kalau disopiri enggak usah, begitu tahu tujuan ke Sumut tahu kita kapan sampainya,” kata Bobby.
Bobby menyebut kondisi jalan di Aceh dan Sumatera Barat justru lebih baik dari jalan-jalan di Sumatera Utara. Menurutnya, kondisi jalan yang buruk jadi keluhan masyarakat.
Ia pun menyoroti anggaran besar yang sudah digelontorkan untuk perbaikan infrastruktur di Sumatera Utara. Pada tahun 2022, di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi, Pemprov Sumut menghabiskan Rp2,7 triliun hanya untuk proyek jalan.
“Saya sangat setuju kita dapat nomor urut 1 Pak Surya, dan Pak Edy-Pak Hasan dapat nomor urut 2 karena kita ingat Rp2,7 triliun. Infrastruktur memang perlu pembiayaan, infrastruktur perlu uang, APBD Provinsi Sumut-nya dibilang besar kali juga enggak, “kata Bobby.
Balasan Edy Rahmayadi
Sementara itu, Edy Rahmayadi membalas sentilan Bobby yang mengkhawatirkan kondisi jalan di Sumut. Edy menuturkan jalan rusak yang disinggung Bobby bukan jalan provinsi, melainkan jalan nasional yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
“Masalah infrastruktur nasional. Infrastruktur yang disebut oleh Bobby itu di perbatasan-perbatasan, itu jalan. Itu jalan penggerak Jokowi yang belum terselesaikan, Mulyono,” ungkap Edy.
Edy juga sempat menyindir rivalnya tersebut dalam beberapa kesempatan. Saat menghadiri acara salah satu organisasi sayap PDIP di Medan 29 September 2024 lalu, Edy mengaku tak gentar melawan Bobby Nasution di Pilgub Sumut karena menurutnya PDIP lebih besar dari Mulyono.
“PDI Perjuangan lebih besar dari Mulyono, pastikan ini,” kata Edy kala itu.
Edy ikut bercerita tak pernah bermimpi untuk diusung oleh PDIP dalam Pilgub Sumut. Ia juga mengatakan PDIP tidak meminta dirinya membayar untuk mendapatkan tiket kontestasi.
“Saat saya dipanggil oleh Pak Hasto 'mau Anda diusung oleh PDI Perjuangan?', saya melihat itu 'ini serius enggak ini? Benarkah ini?' karena tak mungkin, saya diam dan dia tanpa pamrih, tak ada bicara kau nanti bayar sekian sekian, tak ada, ini lah partai perjuangan ini,” kata Edy.
Pasangan Bobby Nasution-Surya diusung oleh 10 partai politik yakni Gerindra, Golkar, Demokrat, PKS, PAN, PKB, PSI, PPP, NasDem dan Perindo di Pilgub Sumut.
Bobby adalah Eks Walikota Medan sekaligus menantu Presiden RI ke-7 Jokowi, sementara Surya adalah Eks Bupati Asahan.
Sementara itu, pasangan Edy Rahmayadi-Hasan Sagala diusung oleh PDI Perjuangan, Partai Gelora, Partai Hanura, Partai Ummat, Partai Buruh dan Partai Kebangkitan Nusantara (PKN).