Cegah Stunting, Muslimat NU dan Pemkab Serang Edukasi Kental Manis hingga Gerakan Orang Tua Asuh

Kepala Dinkes Kabupaten Serang Rahmat Fitriadi (kedua kiri), Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Sofihata (kedua kanan) menjadi…
1 Min Read 0 4


Kepala Dinkes Kabupaten Serang Rahmat Fitriadi (kedua kiri), Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Sofihata (kedua kanan) menjadi narasumber dalam sosialisasi dan edukasi dalam rangka HAN 2025. (Adef/bantennews)

KAB. SERANG – Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang resmi meluncurkan program pencegahan stunting melalui edukasi peruntukan kental manis dan gerakan orang tua asuh bagi anak-anak yang terindikasi stunting.

Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, Erna Yulia Sofihara menjelaskan, program ini merupakan hasil kerja sama dengan PT Paragon Wardah Kosmetik serta Yayasan Abipraya Insan Cendekia. Kegiatan berlangsung di Bai Mahdi, Kabupaten Serang, Sabtu (13/9/2025).

Dalam kegiatan itu juga dilakukan pengukuhan kader orang tua asuh anak stunting dan talkshow edukasi gizi.

“Program ini memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa kental manis bukan susu dan tidak diperuntukkan bagi balita. Selain itu, melalui program Ibu Asuh, satu ibu akan mendampingi satu anak stunting dengan memberi asupan bergizi setiap hari, misalnya telur atau ikan,” jelas Erna.

Tak hanya sosialisasi, Muslimat NU juga menggelar kunjungan ke pesantren dan rumah warga yang anaknya terindikasi stunting maupun gizi buruk. Dalam aksi lapangan tersebut, Bupati Serang ikut mendampingi para kader.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang, Rahmat Fitriadi menegaskan, pentingnya pemahaman masyarakat terkait penggunaan kental manis.

Ia mengingatkan, produk yang dahulu dikenal sebagai susu kental manis kini resmi hanya disebut “kental manis” karena tidak memenuhi kategori susu.

“Sekitar 40 persen komposisinya adalah gula, sehingga tidak cocok untuk anak usia di bawah tiga tahun. Pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, anak membutuhkan protein, bukan gula berlebih. Jika terus diberikan kental manis, pertumbuhan anak bisa terganggu,” tegas Rahmat.

Ia menambahkan, kental manis sebaiknya hanya digunakan sebagai pelengkap makanan dan minuman, bukan pengganti susu atau sumber gizi utama anak.

Program edukasi dan pendampingan anak stunting ini akan berlanjut dengan sistem monitoring berjenjang, mulai dari kecamatan, kabupaten, hingga tingkat pusat.

Penulis : Ade Faturohman                                      Editor : Tb Moch. Ibnu Rushd





Source link

beritajakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *