Atap Rumah Janda di Tigaraksa Roboh Tertimpa Pohon, Perbaikan Terkendala Biaya Tukang

Suhayati Janda Miskin di Kabupaten Tangerang kebingungan tak mampu biaya tukang untuk perbaiki rumahnya (foto: Saepulloh/BantenNews.co.id) KAB. TANGERANG – Tangis…
1 Min Read 0 6


Suhayati Janda Miskin di Kabupaten Tangerang kebingungan tak mampu biaya tukang untuk perbaiki rumahnya (foto: Saepulloh/BantenNews.co.id)

KAB. TANGERANG – Tangis haru bercampur cemas dirasakan Suhayati (46), seorang janda warga Kampung Kadongdong, RT 005 RW 003, Desa Pasir Nangka, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Rumah sederhana yang selama ini menjadi tempat berteduh dan membesarkan anak-anaknya kini rusak parah setelah tertimpa ranting pohon mangga, Selasa (2/9/2025) siang.

Peristiwa itu terjadi begitu cepat. Saat itu, Suhayati atau yang akrab disapa Ibu Iyom sedang membersihkan rumput di halaman rumah anaknya, tepat di depan rumahnya. Tiba-tiba, angin kencang membuat ranting besar pohon mangga patah dan menghantam atap rumahnya.

“Saya lagi ngebersihin halaman, sementara di dalam rumah ada anak saya, Syarif. Tiba-tiba terdengar suara keras, ternyata atap bagian depan rumah sudah hancur,” ungkap Iyom, Rabu (3/9/2025).

Kehidupan keluarga kecil ini memang serba kekurangan. Setelah suaminya meninggal, Iyom menjadi tulang punggung keluarga. Kini, kerusakan rumah membuat beban hidup semakin berat. Atap asbes yang hancur menyebabkan air hujan mudah masuk ke dalam rumah, mengganggu kenyamanan dan keamanan keluarga.

Kesulitan mereka tak berhenti di situ. Mesin air yang biasa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari juga mati, sehingga mereka harus mengambil air di musala terdekat.

“Air juga harus ngambil ke musola, soalnya mesin airnya mati. Belum punya uang buat benerin-nya,” kata Arif, salah satu anak Suhayati. “Alhamdulillah, Allah masih ngasih rezeki buat kami makan,” tambahnya lirih.

Camat Tigaraksa, Cucu Abdurrosyied, bersama jajarannya telah meninjau langsung kondisi rumah Suhayati. Ia memastikan pihak kecamatan telah menyiapkan bahan material seperti asbes dan kayu untuk membantu perbaikan.

“Pasti kami upayakan. Asbes, kayu, dan lain-lain sudah kami siapkan,” ujarnya, Jumat (5/9/2025).

Namun, upaya ini belum sepenuhnya membawa kelegaan bagi Suhayati. Ia diminta menyediakan tukang bangunan secara mandiri, sedangkan dirinya tak memiliki uang untuk membayar ongkos pekerja.

“Kemarin saya sudah bilang ke pihak kecamatan, kalau saya tidak bisa bayar tukangnya karena tidak punya uang,” jelas Iyom.

Kini, Suhayati dan keluarganya hanya bisa berharap ada uluran tangan dari pemerintah maupun warga sekitar. Mereka menginginkan rumah yang layak untuk ditempati, terutama menjelang musim hujan yang kian dekat.

Kerusakan rumah ini menjadi gambaran nyata betapa warga yang hidup di garis kemiskinan sangat rentan terhadap bencana kecil sekalipun. Perbaikan fisik rumah memang penting, namun dukungan sosial dan solusi jangka panjang juga dibutuhkan agar keluarga seperti Suhayati dapat kembali hidup dengan tenang.

Penulis: Saepulloh
Editor: Usman Temposo





Source link

beritajakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *