Mengenal Tradisi Panjang Mulud di Banten

Sejumlah warga Kota Serang memanggul panjang mulud. (Iyus/bantennews) SERANG – Panjang Mulud merupakan tradisi masyarakat Provinsi Banten dalam menyambut hari…
1 Min Read 0 5


Sejumlah warga Kota Serang memanggul panjang mulud. (Iyus/bantennews)

SERANG – Panjang Mulud merupakan tradisi masyarakat Provinsi Banten dalam menyambut hari lahir atau maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut bahkan sudah ada sejak masa Kesultanan Banten, di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Hingga saat ini, tradisi ini terus terjaga, hal itu dibuktikan pada saat memasuki bulan Rabiul Awal atau biasa disebut sebagai bulan Maulud (kelahiran) Rasulullah Salallahu’alaihi Wassalam, warga Banten, khususnya di Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Lebak dan Pandeglang, sering menggelar tradisi tersebut.

Bisa dibilang, bagi warga Banten, Tradisi Panjang Mulud di Banten adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Perayaan unik ini ditandai dengan arak-arakan “panjang” atau hiasan besar berisi makanan dan kebutuhan pokok untuk dibagikan kepada masyarakat.

Tradisi ini juga merupakan bagian dari upaya dakwah, di mana menggabungkan unsur keagamaan dan budaya lokal. Dalam pelaksanaannya, hiasan panjang diarak dari rumah ke masjid untuk kemudian dibagikan setelah doa bersama.

Dalam pembuatannya, masyarakat akan bergotong royong membuat “panjang”, yaitu wadah atau hiasan yang dihias menyerupai bentuk kapal, masjid, atau hewan, dan diisi berbagai macam makanan, sembako, dan pakaian. Hiasan panjang ini kemudian diarak dari rumah-rumah warga ke masjid untuk acara doa dan tausiyah.

Setelah prosesi arak-arakan dan doa, diadakan acara “ngeropok” untuk menginventarisasi isi “panjang” dan membagikannya kepada warga yang hadir.

Nilai-Nilai Tradisi Panjang Mulud

Nilai dan makna tradisi Panjang Mulud adalah semangat masyarakat dalam menyambut bulan Maulud. Kemeriahan yang tersaji merupakan salah satu apresiasi dan penghormatan datangnya bulan Maulud.

Selain itu, dari segi kebersamaan, Panjang Mulud selain untuk mempererat tali silaturahmi juga memelihara semangat bergotong royong. Kalau dahulu gotong royong dicurahkan secara nyata dengan tenaga, saat ini dilakukan dalam bentuk uang, barang atau kepedulian saja sudah bisa menunjukkan partisipasi pada tradisi Panjang Mulud sehingga partisipasi warga yang berhalangan datang tetap tersalurkan.

Selain itu, adanya tradisi Panjang Mulud menumbuhkan semangat menabung untuk biaya pembuatan Panjang dan perayaannya.

Pada masa kekinian, tradisi tersebut juga menjadi ajang kreativitas. Oleh karena itu, bentuk Panjang menjadi sangat beraneka ragam, antara lain kapal terbang, mobil, dan perahu.

Setiap Panjang biasanya merupakan perwakilan kelompok antara lain, keluarga besar, wilayah RT, DKM, dan sebagainya. Setelah Panjang selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah mengisi Panjang dengan uang, hiasan, dan barang-barang (biasanya bukan makanan jadi) yang dapat dimanfaatkan atau dipakai seperti baju, perlengkapan shalat, dan lain-lain. Setelah terisi, Panjang kemudian disimpan.

Tim Redaksi





Source link

beritajakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *