CILEGON – Suasana Kota Cilegon pada Minggu (10/8/2025) berubah menjadi lautan warna dan irama. Ratusan penari dan seniman dari dalam negeri dan empat negara yakni Bulgaria, Korea Selatan, Rusia, dan India memeriahkan Budaye Cilegon Fest and International Folks Art (BC-FIFA) 2025 dalam sebuah parade budaya yang spektakuler.
Arak-arakan dimulai dari Rumah Dinas Wali Kota Cilegon dan berakhir di Alun-alun Cilegon, menempuh jarak sekitar dua kilometer. Sejak pukul 08.30 WIB, deretan kostum warna-warni, tabuhan musik, dan tarian khas masing-masing negara berhasil memukau warga yang memadati jalan.
Bagi Stefan Ivanov, penari asal Bulgaria, pengalaman ini begitu unik sekaligus menantang. “Tahun lalu kami tampil di Bojonegoro, Samarinda, Jakarta, dan sekarang Cilegon. Cuacanya di sini memang lebih panas dan kering. Berjalan dua kilometer dengan kostum tari tentu cukup menguras tenaga. Tapi ini tetap menjadi salah satu pengalaman terbaik dalam hidup kami,” ungkapnya sambil tersenyum.
Ia mengaku kolaborasi dan pertukaran budaya yang terjadi selama BC-FIFA 2025 sangat berkesan. “Setiap tempat punya ciri khas, tapi Cilegon menawarkan suasana yang benar-benar berbeda,” tambahnya.
Berbeda dengan Stefan, Jae Na Young dari rombongan Korea Selatan justru merasa cuaca Cilegon tak jauh berbeda dengan negaranya.
“Di Korea juga sangat panas pada musim ini, jadi kami sudah terbiasa. Kami tetap menikmatinya,” ujarnya.
Rombongan Korea Selatan membawa 15 penari yang akan memadukan lima tarian tradisional untuk penampilan puncak malam nanti di Alun-alun Cilegon.
“Orang-orang di sini juga ramah dan bahkan tahu menyapa dengan bahasa Korea, ‘annyeonghaseyo’,” tambahnya sambil tertawa.
Parade budaya ini hanyalah awal. Puncak acara BC-FIFA 2025 akan berlangsung malam nanti, menampilkan kolaborasi spektakuler para seniman dari berbagai belahan dunia. Dengan panggung megah di tengah Alun-alun Cilegon, penonton akan diajak menyaksikan bagaimana seni tari menjadi bahasa universal yang menyatukan perbedaan.
BC-FIFA 2025 kembali membuktikan bahwa Cilegon bukan hanya kota industri, tetapi juga panggung bagi harmoni budaya dunia.
Penulis: Maulana
Editor: Usman Temposo
